Rehabilitasi Musholla SMPN 1 Kamal

Rehabilitasi Musholla SMPN 1 Kamal

Saat ini, musholla SMPN 1 Kamal sedang dalam proses rehabilitasi. Karena kapasitas musholla yang terlalu kecil maka musholla direnovasi untuk diperluas. Panitia masih membutuhkan dana tambahan untuk menyelesaikan proses pembangunan. Kepada para alumni yang memiliki kelebihan rezeki dimohon bantuannya demi mempercepat proses penyelesaian rehabilitasi.

SMPN 1 KAMAL KEMBALI MELOLOSKAN WAKIL OSN KE TINGKAT PROPINSI

Alhamdulillah, SMPN 1 Kamal secara berturut-turut mampu meloloskan wakilnya ke Lomba OSN tingkat Propinsi. Lomba di tingkat propinsi baru saja dilaksanakan, yakni tanggal 19 April 2014 bertempat di Hotel Utami, Juanda, Sidoarjo. Seperti tahun yang lalu, SMPN 1 Kamal meloloskan siswanya di mata pelajaran Fisika dan IPS. Untuk IPS diwakili oleh Ainur Rohman, dan untuk mata pelajaran Fisika diwakili oleh Fadhilah Syifa Harnadi Putri.

Sambil menunggu pengumuman, penulis mohon doa segenap pembaca, khususnya alumni SMPN 1 Kamal agar dua siswa kami lolos sampai ke tingkat nasional, dan mengharumkan nama sekolah, amin.

Untuk peringkat lengkap bisa dilihat pada grafis berikut ini :

Gambar

 

Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Kamal

SMP Negeri 1 Kamal yang terletak di Jl. Banyuajuh No.5 Kamal adalah merupakan lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional dan berdiri pada tahun 1967. SMP Negeri 1 Kamal ini berdiri di atas tanah seluas 15.563 m2.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri  1 Kamal – Bangkalan, Propinsi  Jawa  Timur  adalah  sekolah  negeri  favorit  di  kecamatan  Kamal. Meskipun  sekolah  ini  berada  di  luar  kecamatan  kota,  kira-kira  17 kilometer dari kota kabupaten Bangkalan, namun prestasi sekolah tersebut mampu bersaing dengan sekolah kota. Berderet prestasi di bidang akademis dan non-akademis diraih oleh siswa-siswi sekolah ini.

Secara  demografis,  orangtua  siswa  bermata  pencaharian  sangat heterogen,  mulai dari  pegawai  pemerintahan  (PNS),  pegawai  swasta  hingga pegawai  sektor  informal,  hal  ini  dikarenakan  kecamatan  Kamal,  adalah kecamatan  yang  paling  dekat  dengan  Surabaya,  sebagai  pusat perekonomian propinsi  Jawa Timur.

Kepedulian  orang  tua  siswa  terhadap  eksistensi  sekolah  cukup tinggi.  Pada  umumnya  orang  tua  siswa  sangat  memahami  bahwa  dalam rangka 

 

pengembangan  sekolah  perlu  kontribusi  dan  kerjasama  yang optimal dari komite sekolah, khususnya orang tua siswa.

Sebagai sekolah tertua di kecamatan Kamal, dan dianggap sekolah favorit  oleh  sebagian  besar  masyarakat  Kamal,  membuat  sebagian  besar lulusan Sekolah Dasar di kecamatan Kamal berlomba-lomba untuk masuk ke  sekolah  ini.  Hal  ini  cukup  menguntungkan  bagi  sekolah  ini  untuk memilih siswa masukan (input) yang berkualitas baik. Dan dengan modal ini,  sekolah  tersebut  lebih  mudah  mempertahankan  kualitas  sekolah  dari masa  ke  masa.  Dengan  didukung  oleh  guru  dan  kepala  sekolah  yang profesional,  sekolah  yang  memiliki  visi  unggul  dalam  prestasi  serta beriman dan bertaqwa bertekat untuk selalu yang terdepan dalam kualitas.  

Adapun masa  jabatan kepala Sekolah  adalah :

Tabel 3.1

Kepala SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan Mulai tahun 1965 sampai sekarang

No

Tahun

Nama Kepala Sekolah

Keterangan Mutasi

1

1965 – 1976 

M. Fadlun

2

1976 – 1980 

Syaiful Hasan

3

1981 – 1986 

Abd. Fajar 

4

1986 – 1991 

Heru Subagio, BA 

5

1991 – 1994 

Drs. Ali Makruf

6

1994 – 1997  

Drs. Soeparno 

7

1997 – 2001 

Drs. H. Moch. Syamsul Hayat

8

2001 – 2004 

Drs. H.Ach.Fauzan, MM

9

2004 – 2008 

Drs. H. Anang Iskandar, MM 

10

2008 – 2010 

Drs. H. Ti’in, M.Pd 

11

2010 – sekarang

Husdi, S.Pd MM.

 

2.  Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan

a.  Visi SMP Negeri 1 Kamal

Visi SMP Negeri 1 Kamal, yaitu:

”Unggul dalam Prestasi berlandaskan Iman dan Taqwa”

Indikator-indikator visi:

1)  Terwujudnya pendidikan yang adil dan merata.

2) Terwujudnya  pendidikan  yang  bermutu,  efisien  dan  relevan  serta daya saing tinggi .

3)  Terwujudnya sistem pendidikan transparan, akuntabel, efektif dan partisipatif .

4)  Terwujudnya budaya sekolah yang bernuansa agamis.

5)  Terwujudnya budaya bersih pada warga sekolah.

6)  Terwujudnya  pengembangan  kurikiulum  standart  nasional pendidikan.

7)  Terwujudnya proses pembelajaran standart nasional pendidikan.

8)  Terwujudnya kelulusan yang bermutu.

9)  Terwujudnya prestasi akademik dan non akademik.

10) Terwujudnya tenaga kependidikan yang handal.

b.  Misi SMP Negeri 1 Kamal

Misi SMP Negeri 1 Kamal, yaitu: 

1) Mewujudkan  pendidikan  dengan  kelulusan  yang  cerdas,  terampil, beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif.

2)  Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata.

3)  Mewujudkan  pendidikan  yang  bermutu  efisien  dan  relevan  serta berdaya saing tinggi.

4) Mewujudkan  sistem  pendidikan  yang  transparan,  akuntabel, partisifatif dan efektif.

5)  Mewujudkan budaya sekolah yang bernuansa agamis.

6)  Mewujudkan budaya bersih pada warga sekolah.

7)  Mewujudkan  pengembangan  kurikulum  standart  nasional pendidikan.

8)  Mewujudkan proses pembelajaran standart nasional pendidikan.

9)  Mewujudkan kelulusan yang bermutu.

10) Mewujudkan prestasi akademik dan non akademik.

11) Mewujudkan tenaga kependidikan yang handal.

c.  Tujuan SMP Negeri 1 Kamal

Adapun tujuan SMP Negeri 1 Kamal, yaitu:

1)  Memenuhi  pendidikan  dengan  lulusan    yang  cerdas,  terampil, beriman, bertaqwa,  dan memiliki keunggulan kompetitif.

2)  Memenuhi pendidikan yang adil dan merata.

3)  Memenuhi  pendidikan  yang  bermutu  efisien  dan  relevan  serta berdaya saing tinggi.

4)  Memenuhi  sistem  pendidikan  yang  transparan,  akuntabel, partisifatif dan efektif.

5)  Memenuhi budaya sekolah yang bernuansa agamis.

6)  Memenuhi budaya bersih pada warga sekolah.

7)  Memenuhi  pengembangan  kurikulum  standar  nasional pendidikan.

8)  Memenuhi proses pembelajaran standar nasional pendidikan.

9)  Memenuhi kelulusan yang bermutu.

10) Memenuhi prestasi akademik dan non akademik.

11) Memenuhi tenaga kependidikan yang handal. 

3.  Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan

SMP Negeri 1 Kamal jumlah guru  sebanyak 58 guru, tata usaha, penjaga sekolah, dan pramu kebun sebanyak 25 pegawai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel  berikut ini:

Tabel 3.2

Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Kamal

No

Nama

Pangkat / Gol

Jabatan

1

Husdi, S.Pd MM

Pemb. Tk. I /IV b

Kepala Sekolah

2

Drs. Buchori 

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

3

Siti Muniah Umar, S.Pd 

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

4

Imam Mustari

Pembina / IV a

Guru

5

Titien Wahyutri S, S.Pd 

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

6

Dra. Hj. Ina Syahadah 

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

7

Arti Wahyuni, S.Pd

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

8

Supriadi, S.Pd 

Pembina /IV a

Guru

9

Elmawati, S.Pd 

Pembina /IV a

Guru

10

Alfi Adriana, S.Pd

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

11

Dra. Esti Romawati 

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

12

Kamaliyatien, S.Pd

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

13

Suwito Al Matrai, S.Pd

Pembina /IV a

Guru

14

Dra. Lilik Idriyani 

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

15

Jatmiko, S.Pd 

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

16

Dra. Tuti Rilayati 

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

17

Triminayu Puji Astuti

Pembina /IV a

Guru

18

Sarwanto

Pembina /IV a

Guru

19

Mohammad Yusuf, S.Pd 

Pemb. Tk. I /IV b

Guru

20

R. Wahyudi Oetomo, S.Pd

Pembina /IV a

Guru

21

Komariyah, S.Pd

Pembina /IV a

Guru

22

Drs. Marsudi

Pembina /IV a

Guru

23

Widi Martana, S.Pd

Pembina /IV a

Guru

24

Dra. Ismi Mudji Lestari

Penata Tk I/ IIId

Guru

25

Muyassaroh, S.Pd

Penata Tk I/ IIId

Guru

26

Luluk Dwi Ratnawati, S.Pd 

Penata /IIIc

Guru

27

Hartono, S.Pd 

Penata /IIIc

Guru

28

Retna Mulyaningsih, S.Pd 

Penata Tk I/ IIId

Guru

29

R. Indriana Budy Reni, S.Pd 

Penata /IIIc

Guru

30

Hj. Murdiati Fatma, M.PdI

Penata /IIIc

Guru

31

Merlyn Sudiati, S.Pd 

Penata Muda Tk I/IIIb

Guru

32

Achmad Huzaini, S.Pd 

Penata Muda Tk I/IIIb

Guru

33

Sulis Tri Wahyuni, S.Pd 

Penata Muda Tk I/IIIb

Guru

34

Dra. Widad Bin Thalib

Penata Muda Tk I/IIIb

Guru

35

Nuraini, S.Pd 

Penata Muda Tk I/IIIb

Guru

36

Dwi Nugraheni, S.TP

Penata Muda Tk I/IIIb

Guru

37

Maskur, S.Ag  M.Pd

Penata Muda Tk I/IIIb

Guru

38

Ariamah, S.Pd

Penata Muda Tk I/IIIb

Guru

39

Ari Juparini, S.Pd

Penata Muda / IIIa

Guru

40

Ellya Mariza, S.Pd

Penata Muda / IIIa

Guru

41

Febriana Shintavaty, S.Pd

Penata Muda / IIIa

Guru

42

Inayah Indrawati, S.Pd

Penata Muda / IIIa

Guru

43

Muzayyanah, S.Pd

Penata Muda / IIIa

Guru

44

Siti Fatimah, S.Pd

Penata Muda / IIIa

Guru

45

Trias Nur Winanti, SE.

Penata Muda / IIIa

Guru

46

Dedi Suswantoro, S.Pd

Penata Muda Tk I/IIIb

Guru

47

Endro Budi Atmoko, S.Sos

Penata Muda Tk.I / IIIb

Guru

48

Siti Hanifah, BA.

GTT

Guru

49

Artiyani Yudhi, S.Pd

THL

Guru

50

Bhakti Prasetya, SE. MPd

THL

Guru

51

Eny Rusmiatiningsih, S.Sos

THL

Guru

52

Lita Andriani, SE.

THL

Guru

53

Marendri Cahyana, SE.

THL

Guru

54

Nurafiah Budiarti, S.Ag

THL

Guru

55

Sariyamna, S.Pd

THL

Guru

56

Umar Johani, S.Pd

THL

Guru

57

Firman Maulana, SE.

GTT

Guru

58

Christiana Ngatidjem, S.Pd

GTT

Guru

59

Nurhayati Camelia N, S.Pd 

Penata Muda Tk.I / IIIb

KaTU

60

R. P Samsul Arifin

Pengatur Tk I / Iid

TU

61

Hanafi Teng 

Penata Muda / IIIa

TU

62

Roikhatul Musthofia 

Pengatur Muda Tk.I/IIb

TU

63

Siti Fatima 

Penata Muda / IIIa

TU

64

M. Tohir 

Pengatur Muda Tk.I/IIb

TU

65

Robiatun

Pengatur Muda Tk.I/IIb

TU

66

Erfani

Pengatur Muda Tk.I/IIb

TU

67

Moh. Nafar 

Pengatur Muda / IIa

Penjaga

68

Supardi

Pengatur Muda / IIa

Pramu Kebun

69

Yuliatin

THL

TU

70

Diana Sari Rahmawati, S.Pd

Pengatur Muda Tk.I/IIb

TU

71

Hj. Rosifah, SE.

THL

TU

72

Rachman, SE.

THL

TU

73

Marta’i

PTT

Pramu Kebun

74

Sulikah

PTT

TU

75

Holilah

PTT

TU

76

Imam Zachrowi

PTT

TU

77

Octwi Istanti

PTT

TU

78

Zahrillia Nour Hasanah

PTT

TU

79

M. Subaidi

PTT

Pramu Kebun

80

Siswanto

PTT

Pramu Kebun

81

Siti Soleha

PTT

TU

82

Agus Supardi

PTT

Pramu Kebun

83

Slamet Efendi

PTT

Pramu Kebun

Sumber: Data dokumen SMP Negeri 1 Kamal (2012)

OPTIMALISASI PROFESIONALISME GURU

Oleh : Wahyudi Oetomo

Globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang akan dialami oleh semua bangsa di dunia ini. Batas-batas antar negara menjadi batas semu yang hanya memisahkan manusia berdasarkan batas formal, sedangkan batas kemanusiaan nyaris tidak ada.

Konsekuensi globalisasi dalam bidang pendidikan mengharuskan setiap negara menghilangkan atau meminimalkan disparitas kualitas pendidikan antar negara. Negara-negara berkembang harus selalu memperbaiki kualitas pendidikan negaranya untuk mempersempit kesenjangan sumber daya manusia (SDM)-nya dengan negara-negara maju.

Kualitas pendidikan di Indonesia, hingga kini, ketika harus bersaing dengan negara lain masih jauh tertinggal. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional serasa belum menampakkan hasil yang signifikan. Jangankan harus bersaing dengan negara-negara maju, bersaing dengan negara jiran seperti Malaysia dan Singapura  negara kita masih jauh ketinggalan.

Misalnya, berdasarkan data yang diperoleh The International Consortium for Evaluation and Achievement (IES) tahun 2001 menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan IES itu hanya difokuskan untuk kelas 2 SMP, menempatkan Indonesia berada pada peringkat 34 dengan skor 403 untuk mata pelajaran Matematika, peringkat 32 dengan skor 435 pada bidang studi IPA. Peringkat tersebut hasil survei dari 38 negara di dunia. Hasil tersebut masih sangat jauh bila dibandingkan dengan Singapura yang merupakan peringkat pertama untuk Matematika dan kedua untuk IPA, sedangkan Malaysia berada pada posisi 16 untuk Matematika dan 22 untuk IPA.

Contoh lain, sebuah penelitian terhadap kualitas pendidikan dasar menempatkan posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Posisi Indonesia jauh di bawah Thailand  dan Malaysia yang berada di peringkat satu dan dua. Peringkat Indonesia hanya lebih baik dari Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Peringkat ini berdasarkan laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco. Penelitian terhadap kualitas pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South Pacific  Beurau of Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi dilakukan di 14 negara pada bulan Maret – Juni 2005.

Saat kualitas pendidikan pada komparasi global, negara kita terpuruk, rasanya amat sulit untuk bersaing dalam kancah globalisasi. Sumber daya manusia (SDM) Indonesia hanya menjadi ”jago kandang”, dan akan terpinggirkan dalam kompetisi global. Idealisasi pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20  Tahun 2003, yaitu pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Apa yang salah dengan pendidikan nasional sehingga mutu pendidikan nasional terus terpuruk? Selain rendahnya kualitas pendidikan nasional pada komparasi internasional, juga pendidikan nasional kita tengah terjangkiti degradasi moral dan etika yang dialami oleh pelajar, mahasiswa, atau bahkan guru. Guru sebagai sosok penting dalam konstelasi pendidikan diharapkan menjadi figur penting dalam memperbaiki kualitas pendidikan nasional yang kian merosot.

Kualitas dunia pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, bahan ajar, anggaran pendidikan, sarana prasarana, dan kualitas sumber daya guru. Semua komponen merupakan bagian yang utuh untuk menopang bangunan pendidikan nasional. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional harus dilakukan secara simultan dan tidak boleh parsial.

Guru adalah komponen strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan. Guru menjadi generator yang mampu menggerakkan kegiatan pembelajaran. Karena strategisnya posisi guru maka seorang guru harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam UU Sisdiknas 2003, pasal 432 ayat 1, yaitu : pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Menurut pasal 3 UU Sisdiknas menetapkan tujuan pendidikan adalah pemberdayaan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia (memiliki nilai dan sikap), sehat, berilmu, cakap, kreratif (berilmu pengetahuan), mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (kecakapan psikomotorik).

Guru-guru di negeri ini yang terlahir sebelum disyahkannya UU Sisdiknas 2003 mampukah melaksanakan amanat UU Sisdiknas ? Data tahun 2000/2001 menunjukkan bahwa terdapat 49,49 % guru SD yang layak jika mengacu kualifikasi mengajar minimal D-2, sedangkan sebanyak 50,51% dinilai tidak layak. Pada tingkat SMP, terdapat 66,33% guru SMP yang dinilai layak dengan kualifikasi mengajar SMP minimal D-3, sedangkan terdapat 33,67% yang dinilai tidak layak. Persentase ini bisa lebih besar lagi lantaran sekarang ditetapkan untuk kelayakan guru SMP harus memiliki kualifikasi S-1. (Saiful anam, 2005).

Pertanyaan bernada skeptis terhadap kemampuan guru-guru di negeri ini untuk mewujudkan cita-cita UU Sisdiknas berdasarkan fakta empiris rendahnya prosentase kelayakan guru di Indonesia, khususnya pada pendidikan dasar, memang wajar muncul ke permukaan. Namun, harus diingat bahwa mutu pendidikan nasional bukan hanya ditentukan oleh guru, ada komponen-komponen yang lain menjadi bagian integral dalam bangunan pendidikan nasional.

Dulu, pada awal  1970-an, prestasi guru Indonesia sempat menjadi pembicaraan. Pada saat itu, ratusan guru Indonesia diminta secara resmi oleh Pemerintah Malaysia untuk menularkan ilmunya kepada ribuan guru dan siswa di sana. Momentum ini seringkali dijadikan bukti bahwa mutu pendidikan di Indonesia saat itu dinilai lebih baik ketimbang Malaysia, sehingga mereka belajar ke Indonesia. Malaysia cepat mengejar ketertinggalannya, sehingga mutu pendidikan di Malaysia kini sudah jauh meninggalkan pendidikan di Indonesia (Saiful Anam, 2005).

Apa yang salah dengan dunia pendidikan kita? Saat kualifikasi pendidikan guru di Indonesia tak setinggi sekarang, guru-guru di Indonesia mampu menampilkan performance tinggi sehingga menarik minat negara jiran untuk berguru. Sekarang, justru banyak guru-guru di negara kita yang melanjutkan studi pasca sarjana di perguruan tinggi di Malaysia. Sungguh memprihatinkan !

Mengapa guru kita sekarang memble kualitasnya? Penghargaan yang kurang memadai terhadap profesi guru, terutama dari sisi kesejahteraan finansial, diduga menjadi sumber segala persoalan yang menyebabkan rendahnya mutu guru di Indonesia. Lantaran kesejahteraannya tidak memadai, profesi guru cenderung dipandang sebelah mata. Siswa-siswa lulusan SMA atau sederajat yang masuk ke Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)  pada umumnya berkemampuan pas-pasan, baik secara akademik maupun ekonomi. Bahkan tidak sedikit mereka yang masuk ke LPTK bukan karena bakat, minat, dan kemampuannya, melainkan lebih karena terpaksa. LPTK dijadikan sebagai pilihan yang kesekian setelah tidak diterima di perguruan tinggi umum.

Setelah lulus dari LPTK, dan menjadi guru dengan kemampuan pas-pasan dibina melalui program pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang juga kurang bermutu. Hasil kajian menunjukkan bahwa kegiatan diklat pada masa silam yang menghabiskan dana besar seringkali tak jelas arahnya dan sistem pelatihannya cenderung monoton. Sehingga, setelah mengikuti diklat, banyak guru yang kembali kepada kebiasaan lama. Setumpuk teori inovasi pembelajaran yang disajikan dalam diklat disimpan rapi dalam lemari rapat-rapat, dan tidak pernah diimplementasikan di kelas. Akhirnya, metode ceramah lagi, ceramah lagi !

Membangun dunia pendidikan yang bermutu bisa dipersonifikasikan dengan membangun profesionalisme guru. Karena guru yang bermutu memberikan andil sangat besar bagi peningkatan mutu pendidikan secara  keseluruhan. Lalu, apa yang telah dilakukan oleh pemerintah dan yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru.

Lahirnya Undang-Undang  No.14 /2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) diharapkan mampu meningkatkan kualitas kompetensi guru lewat sertifikasi guru. Idealisme sertifikasi guru adalah meningkatkan kualitas kompetensi guru yang kemudian dikuti oleh peningkatan penghasilan guru, melalui pemberian tunjangan profesi yang besarnya sama dengan satu kali gaji pokok. Lalu, setelah penghasilannya meningkat diharapkan seorang guru lebih fokus kepada tugasnya, mencerdaskan anak bangsa. Guru tak lagi repot mencari penghasilan tambahan sehingga masih sempat untuk mengoreksi hasil ulangan siswanya.

Namun, banyak pemerhati pendidikan termasuk guru, berpandangan bahwa sertifikasi guru tidak secara paralel akan meningkatkan kompetensi dan kinerja guru. Ada banyak fakta di lapangan, guru-guru yang lulus sertifikasi bukanlah guru-guru terbaik yang berdedikasi tinggi. Banyak guru yang memiliki sertifikat guru profesional  memiliki kinerja dan kompetensi biasa-biasa saja, bahkan masuk kategori guru berkompetensi rendah. Yang lebih mengkhawatirkan, ada tengara guru-guru yang telah lulus sertifikasi justru semakin ”loyo” kinerjanya. Merasa sertifikasi guru adalah puncak karir seorang guru, dan tidak ada lagi yang harus di raih.

Pemerintah melaksanakan program sertifikasi guru sebagai amanat UU Guru dan Dosen, tentu berharap guru yang lulus sertifikasi akan meningkat profesionalismenya, serta diikuti oleh peningkatan pendapatannya, sehingga lebih fokus pada tugasnya untuk mencerdaskan anak bangsa.

Lahirnya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), membangun harapan baru bagi perbaikan kualitas pendidikan nasional. Konsep kurikulum KTSP yang memberikan ruang lebih luas kepada sekolah dan guru untuk mengembangkan dan menjabarkan isi kurikulum, dalam perjalanannya ternyata ”mengecewakan” guru. Di beberapa daerah, otoritas guru tetap terkooptasi oleh pihak luar. Misalnya, penyeragaman LKS, ulangan bersama, bahkan masih dipertahankannya ujian nasional dianggap menyerobot kewenangan guru dalam mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Mengoptimalisasi profesionalisne guru, berarti memberikan ruang yang lebih besar kepada guru untuk mengaktualisasi kemampuannya. Membangun profesionalisme guru tak cukup dengan hanya memberi gaji besar. Guru juga perlu dilatih melalui diklat-diklat yang profesional, diberi akses informasi yang lebih luas, atau jangan terlalu dicampuri kewenangannya.

Dunia pendidikan kita memimpikan guru-guru yang profesional dan berdedikasi tinggi. Membangun dunia pendidikan yang kompetitif membutuhkan guru-guru berkomitmen tinggi. Selama pemerintah masih belum mampu memenuhi idealisasi guru  dalam hal pendapatan, fasilitas, dan menyediakan ruang aktualisasi, guru-guru negeri ini dituntut tetap memiliki komitmen untuk memajukan kualitas pendidikan nasional. Bila komitmen untuk memajukan pendidikan nasional tidak dimiliki oleh seorang guru, lebih baik banting stir ganti profesi, karena negeri ini membutuhkan guru-guru yang profesional dan berdedikasi tinggi pada kemajuan pendidikan nasional.

Penulis :

Guru SMP  Negeri 1 Kamal

Alamat : Jl. Banyuajuh No. 5 Kamal – Bangkalan  69162